Beranda | Artikel
Bantahan Ali bin Abi Thalib Kepada Rafidhah
Senin, 30 Agustus 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Bantahan ‘Ali bin Abi Thalib Kepada Rafidhah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 21 Muharram 1443 H / 30 Agustus 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Bantahan ‘Ali bin Abi Thalib Kepada Rafidhah

Ibnul Jauzi berkata bahwa keburukan Syiah Rafidhah tidak terhitung banyaknya. Di antara keburukan-keburukan itu ada yang membawa kepada konsekuensi-konsekuensi hukum. Mereka diharamkan dari shalat karena mereka tidak membasuh kaki pada saat berwudhu. Mereka diharamkan dari shalat berjamaah karena mereka masih menunggu kedatangan imam yang ma’shum. Mereka diuji dengan kegemaran mencela para sahabat, menjadikan laknat terhadap Abu Bakar dan ‘Umar sebagai ibadah mereka. Celaan terhadap ‘Aisyah dan Hafsah sebagai senandung mereka. Padahal di dalam hadits yang shahih, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang kita untuk mencela sahabat. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

”Jangan kalian mencela sahabat-sahabatku. Sekiranya ada salah seorang di antara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya tidak akan bisa sebanding dengan satu mud yang diinfakkan salah seorang sahabatku, bahkan tidak juga setengahnya.” (HR. Bukhari)

Demikian keutamaan sahabat-sahabat Nabi yang tidak akan bisa dicapai, disamai, bahkan didekati oleh orang-orang yang datang sesudah mereka. Hal ini karena keutamaan yang Allah berikan kepada mereka, yaitu mereka bisa bertemu, menyaksikan dan mendengar langsung dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini adalah kedudukan yang tidak akan bisa disamai oleh siapapun, kecuali orang itu bertemu dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tapi itu tidak mungkin, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah wafat.

Maka dari itu kaum muslimin harus menjunjung tinggi martabat sahabat-sahabat Nabi, menahan lisan dari berkomentar negatif atau berkomentar miring terhadap sahabat, apapun yang terjadi atas mereka. Bahkan kita menahan diri dari apa yang diperselisihkan di antara para sahabat. Karena mereka pasti mendapatkan pahala; yang benar dapat 2 pahala dan yang salah dapat 1 pahala. Jadi kita tidak boleh mencampuri apa-apa yang terjadi di antara mereka kecuali dengan yang haq. Itu kewajiban kita semua terhadap sahabat-sahabat Nabi.

Maka dahulu para Salaf menuding atau menuduh zindiq siapa saja yang berkomentar miring atau negatif terhadap sahabat-sahabat Nabi. Bahkan mencap orang itu sebagai zindiq jika terbukti terang-terangan mencela sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Seperti halnya kaum Syiah Rafidhah yang gemar mencela sahabat-sahabat Nabi. Bahkan salah satu di antara ritual mereka adalah mencaci, mencela dan melaknat Abu Bakar dan ‘Umar di atas mimbar. Demikian juga sahabat-sahabat yang lainnya, Ummahatul Mu’minin, terutama ‘Aisyah dan Hafsah Radhiyallahu ‘Anhuma. Rafidhah menuduh mereka dengan tuduhan-tuduhan yang keji.

Kadangkala mereka tidak menampakan ini diawal, tapi lama-kelamaan mereka akan menunjukkan jati diri. Banyak yang terpedaya dan mengira bahwa mereka juga menghormati Abu Bakar dan ‘Umar, padahal kelak mereka akan menunjukkan jati diri mereka. Biasanya mereka akan membidik sahabat-sahabat seperti Abu Hurairah dan sahabat-sahabat lain.

Padahal ‘Ali bin Abi Thalib telah mengancam, bahkan menjatuhkan hukuman yang berat terhadap orang-orang yang mencaci, merendahkan atau berkomentar buruk terhadap Abu Bakar dan ‘Umar. Bagaimana seandainya ‘Ali bin Abi Thalib mendapati orang yang melaknat atau bahkan mengkafirkan Abu Bakar dan ‘Umar? Dahulu ‘Ali bin Abi Talib menjatuhkan hukuman 80 kali cambukan (sama dengan hukuman terhadap orang-orang yang menuduh orang lain dengan tuduhan zina tanpa bukti) terhadap orang yang mencaci ataupun merendahkan serta berkomentar buruk terhadap Abu Bakar dan ‘Umar. Lucunya orang-orang Syiah Rafidhah ini berlindung dibalik ‘Ali bin Abi Thalib dan mengklaim mereka mencaci-maki Abu Bakar dan ‘Umar karena keduanya kedudukan Khalifah dari tangan ‘Ali bin Abi Thalib.

Diriwayatkan dari Suwaid bin Ghaflah, dia bercerita: “Aku melewati sekelompok orang Syiah yang sedang mencela Abu Bakar dan ‘Umar. Kemudian aku menemui ‘Ali bin Abi Thalib dan berkata: ‘Wahai Amirul Mukminin, tadi aku melewati sekelompok orang dari teman-temanmu yang sedang membicarakan Abu Bakar dan ‘Umar dengan sesuatu yang tidak layak bagi keduanya. Seandainya bukan karena mereka beranggapan engkau pun menyembunyikan sesuatu terkait keduanya sebagaimana yang telah mereka katakan niscaya mereka tidak akan berani berbuat demikian.’

Maka ‘Ali Radhiyallahu ‘Anhu berkata: ‘Aku berlindung kepada Allah dari menyembunyikan sesuatu (rahasia) terkait Abu Bakar dan ‘Umar kecuali yang telah diamanatkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Semoga Allah melaknat orang yang menyembunyikan sesuatu terkait keduanya di dalam hati kecuali apabila itu kebaikan. Abu Bakar dan ‘Umar adalah teman, sahabat dan orang terdekat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada mereka berdua.’

Maka ‘Ali pun bangkit dalam kondisi menangis dan memegang tanganku menuju masjid, beliau naik ke atas mimbar lalu duduk seraya memegangi dan memandangi jenggot beliau yang telah memutih. Hingga orang-orang berkumpul. Beliau berdiri kemudian menyampaikan mukadimah khutbah singkat yang begitu indah di hadapan kaum muslimin.

Beliau berkata: “Ada apa dengan orang-orang yang menyebut-nyebut dua penghulu Quraisy dan dua bapak kaum muslimin, sesuatu yang aku bersih dan berlepas diri darinya, serta akan menghukum para pencela itu karenanya. Demi Allah yang membelah biji dan menciptakan jiwa, tidaklah ada yang mencintai keduanya kecuali orang yang beriman lagi bertakwa, dan tidak ada orang yang membenci keduanya kecuali orang yang keji dan celaka. Mereka berdua telah menemani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan kejujuran dan ketulusan, mereka berdua memerintah, melarang, marah dan menghukum tanpa melampaui apa yang telah diputuskan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tidaklah Nabi mengambil pendapat kecuali dengan pendapat yang sesuai dengan pendapat keduanya. Dan tidaklah pula Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencintai seseorang seperti Rasulullah mencintai keduanya. Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat dalam keadaan ridha terhadap mereka berdua, demikian pula kaum Mukminin ridha terhadap keduanya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memerintahkan Abu Bakar untuk memimpin shalat kaum muslimin, maka Abu Bakar pun mengimami kaum muslimin shalat selama sembilan hari, saat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masih hidup. Tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala mewafatkan Rasulullah, seusai beliau memilih apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala pilihkan untuk beliau, dan kaum mukminin memilih Abu Bakar sebagai pemimpin. Kaum muslimin menyerahkan zakat mereka kepadanya dan mereka pun membaiat Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan penuh ketaatan tanpa paksaan. Dan akulah yang pertama kali melakukannya dari kalangan Bani Abdul Muthalib. Meski sebenarnya Abu Bakar tidak suka dipilih, terbukti dari sikap berharapnya bahwa ada di antara kita yang mau dan dapat menggantikannya. Namun demi Allah dialah orang yang terbaik yang masih hidup sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dia adalah orang yang paling penyayang, paling belaskasih, paling wara’, paling tua dari sisi usia, dan paling dahulu memeluk agama Islam.

Abu Bakar pun berjalan di atas jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, hingga beliau meninggal dunia. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan rahmat kepadanya.

Selanjutnya Abu Bakar menyerahkan kepemimpinan sesudahnya kepada ‘Umar, dan aku termasuk yang ridha atas keputusan ini. ‘Umar memimpin berdasar atas Manhaj Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabat beliau…”

Bagaimana kelanjutan khutbah ‘Ali bin Abi Thalib? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50626-bantahan-ali-bin-abi-thalib-kepada-rafidhah/